
Halo, saya Nando Rifky. Saya melihat banyak sekali perbincangan tentang AI dalam penulisan konten belakangan ini.
Banyak yang bilang AI akan menggantikan penulis, banyak juga yang menggunakannya secara membabi buta. Hasilnya? Konten yang kaku, tidak akurat, dan sangat robotik.
Sebagai seseorang yang sangat menghargai kualitas dan presisi, saya tidak pernah menulis artikel secara asal-asalan.
AI adalah alat bantu yang luar biasa jika Anda tahu cara menggunakannya. Ini bukan soal menyuruh AI "buatkan artikel", tapi soal bagaimana Anda memandunya.
Saya akan tunjukkan cara saya memanfaatkan AI, bukan sebagai pengganti, tapi sebagai asisten junior yang super cerdas.
Mengapa Konten AI Sering Dianggap Buruk
Anda pasti sering membaca artikel yang rasanya "aneh". Kalimatnya berbelit-belit, informasinya datar, dan tidak ada "nyawa" di dalamnya.
Itulah hasil jika kita menyerahkan 100 persen pekerjaan pada AI. Google, dengan E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness), sangat pintar mendeteksi konten yang dibuat tanpa pengalaman manusia.
AI tidak punya pengalaman. AI tidak pernah merasakan frustrasi saat keyword tidak kunjung naik peringkat. AI tidak pernah benar-benar mencoba produk yang ia ulas.
Inilah kelemahan fatalnya. Konten yang dihasilkan AI murni berdasarkan pola data yang sudah ada, tanpa validasi pengalaman nyata.
Ubah Pola Pikir Anda AI Bukan Penulis Utama
Ini adalah kesalahan terbesar yang saya lihat. Banyak orang memperlakukan AI sebagai penulis, padahal seharusnya AI diperlakukan sebagai asisten peneliti atau junior writer.
Pola pikir yang benar adalah, Anda merupakan Editor-in-Chief. Anda yang menentukan arah, angle, kedalaman, dan kualitas akhir.
AI hanya membantu Anda mempercepat proses draf awal atau pekerjaan repetitif.
Saya menggunakan AI untuk mengerjakan 80 persen pekerjaan kasar. Sisanya, 20 persen yang paling krusial yaitu insight, validasi fakta, dan sentuhan personal, murni 100 persen pekerjaan saya.
Cara Saya Memanfaatkan AI untuk Membuat Artikel SEO
Saya tidak akan memberikan cara umum. Ini adalah alur kerja (workflow) pribadi saya yang terbukti efektif menghasilkan artikel SEO Friendly berkualitas tinggi yang disukai pembaca dan Google.
Fase 1: Riset Mendalam Bukan Sekadar Ide
Saya tidak pernah meminta AI, "Beri saya 10 ide artikel tentang SEO". Itu terlalu umum dan hasilnya pasti standar.
Alih-alih, saya gunakan AI untuk analisis kompetitor secara cepat.
Trik: Saya akan mengambil 3 artikel teratas di Google untuk keyword target saya. Saya masukkan ketiga artikel itu ke AI (atau URL-nya jika alat AI mendukung) dan saya berikan prompt spesifik:
"Analisis tiga artikel ini. Identifikasi struktur H2 dan H3 mereka. Temukan pain points utama yang mereka coba jawab. Poin apa yang mereka semua lewatkan atau tidak bahas secara mendalam? Berikan saya 5 angle unik yang bisa saya gunakan untuk mengalahkan mereka."
Dalam hitungan detik, saya mendapatkan celah konten (content gap) yang bisa saya isi. Ini menghemat jam riset manual.
Saya juga menggunakan AI untuk keyword clustering.
Jika saya punya 200 keyword, saya minta AI mengelompokkannya berdasarkan search intent (maksud pencarian) pengguna.
Ini sangat mempercepat perencanaan content pillar.
Fase 2: Membuat Kerangka Artikel Super Detail
Setelah dapat angle dan keyword, saya tidak langsung menulis.
Saya buat kerangka artikel atau outline. Ini adalah bagian terpenting.
Jangan minta AI, "Buatkan artikel 1000 kata". Hasilnya pasti bencana.
Saya membuat kerangka H2 dan H3 terlebih dahulu. Kemudian, saya tambahkan "daging" atau poin penting di setiap heading.
Poin ini berisi insight pribadi saya, data yang saya miliki, atau pengalaman (E-E-A-T) yang AI tidak mungkin tahu.
Contoh Prompt Kerangka: "Anda adalah Nando Rifky, seorang pegiat SEO. Buat kerangka artikel (H2 dan H3) untuk topik [Judul Topik]. Pastikan kerangka ini mencakup [Poin A dari riset saya], [Poin B tentang pengalaman pribadi], dan [Studi Kasus C]. Buat struktur yang logis dan mudah diikuti pembaca pemula."
Hasil kerangka dari AI itu saya revisi lagi. Saya tambahkan, kurangi, atau ubah urutannya sampai saya yakin ini adalah struktur artikel terbaik.
Fase 3: Drafting Per Bagian Bukan Sekaligus
Inilah rahasia terbesar saya. Saya tidak pernah meminta AI menulis 1000 kata utuh.
Saya "mencicil" penulisan per bagian berdasarkan kerangka super detail tadi.
Saya akan mulai dari pendahuluan.
Prompt Pendahuluan: "Tuliskan 2 paragraf pendahuluan untuk artikel dengan kerangka ini [tempel kerangka]. Paragraf pertama gunakan hook yang kuat terkait masalah [Masalah Pembaca]. Paragraf kedua jelaskan apa yang akan mereka dapatkan. Sapa pembaca dengan 'Anda' dan gunakan gaya bahasa santai tapi ahli."
Setelah pendahuluan selesai dan saya puas, saya lanjut ke H2 pertama.
Prompt H2: "Tulis bagian untuk H2 [Judul H2 Pertama]. Jelaskan poin-poin ini: [Poin 1 dari kerangka saya], [Poin 2 dari kerangka saya]. Berikan contoh nyata. Tulis sekitar 150 kata dan gunakan kalimat aktif."
Saya ulangi proses ini untuk setiap H2 dan H3.
Mengapa cara ini lebih baik?
Pertama, saya punya kontrol penuh. Jika ada bagian yang hasilnya jelek, saya tinggal merevisi prompt untuk bagian kecil itu saja.
Kedua, AI tidak "kehilangan arah" karena fokusnya hanya pada satu bagian kecil di satu waktu.
Ketiga, saya bisa langsung menyisipkan insight saya di prompt.
Fase 4: Humanisasi dan Validasi Fakta
Setelah semua draf per bagian digabungkan, pekerjaan AI selesai. Sekarang fase humanisasi dimulai.
1. Validasi Fakta: Saya tidak pernah percaya 100 persen pada AI. AI sering "halusinasi" atau mengarang data.
Saya wajib memeriksa ulang setiap fakta, statistik, atau klaim yang ditulis AI. Artikel saya harus akurat dan valid.
2. Penyederhanaan Kalimat: AI cenderung menggunakan kalimat majemuk bertingkat yang kaku.
Saya baca ulang semua teks dan memecah kalimat panjang menjadi kalimat pendek dan aktif.
Ini kunci agar artikel mudah dibaca (seperti artikel berita).
3. Suntik E-E-A-T (Experience): Di sinilah saya menambahkan "rasa".
Saya ganti frasa umum seperti "Banyak orang merasa..." menjadi "Berdasarkan pengalaman saya menangani klien...".
Saya tambahkan cerita personal singkat, studi kasus nyata, atau opini saya yang kuat sebagai pakar.
4. Menghilangkan Kata Robotik: Saya hapus kata-kata yang sering dipakai AI seperti "Di era digital ini", "Penting untuk diingat", "Namun demikian", atau "Dengan demikian". Saya ganti dengan bahasa sehari-hari yang lebih natural.
Trik Tambahan Cerdas Menggunakan AI
Selain untuk drafting, saya gunakan AI untuk hal teknis lain:
- Optimasi Internal Link: Setelah artikel jadi, saya berikan AI daftar 5-10 URL artikel lama saya yang relevan. Saya minta AI, "Sarankan 3-5 tempat di dalam artikel baru ini [teks artikel baru] di mana saya bisa menyisipkan internal link ke daftar URL tersebut secara natural."
- Membuat FAQ: Saya minta AI, "Buatkan 5 pertanyaan FAQ (Frequently Asked Questions) yang paling mungkin ditanyakan pembaca setelah membaca artikel ini."
- Sebagai Lawan Debat: Kadang saya bertanya, "Apa kelemahan utama dari argumen saya di paragraf ketiga? Berikan saya pandangan kontra-argumen." Ini membantu saya memperkuat tulisan saya sebelum dipublikasi.
Kesimpulan
AI bukanlah musuh bagi penulis SEO yang cerdas. AI adalah leverage atau daya ungkit.
Bagi saya, AI menghemat waktu dari 10 jam riset dan penulisan menjadi mungkin 3 jam saja.
Tapi 3 jam itu adalah pekerjaan paling penting: validasi, strategi, dan pemberian insight personal.
Kualitas sebuah konten pada akhirnya tidak ditentukan oleh AI, tapi oleh keahlian manusia yang mengoperasikannya.
Gunakan AI untuk berpikir lebih cepat, bukan untuk berhenti berpikir.